Tuesday, June 4, 2013







Kau,
bukanlah Rasulullah tercinta.
Dan aku,
bukan pula Khadijah yang mulia.
Kita manusia biasa yang penuh bias nafsu dunia.

Kau,
bukanlah Rasulullah tercinta.
Dan aku bukan pula ananda yang disayangnya,
Fatimah Az Zahra.
Hatiku masih bertirai noda,
jiwakupun terbuai dunia.

Kau,
dengan hati dan jiwa mulia yang kau punya,
ku tahu niatmu setia.
Tapi kembali pada hatimu yang manusia biasa,
bahwa jalan hidup kita tak bisa kita duga.
Hati putihmu,
jiwa bersihmu,
akankah selamanya begitu.
Dan aku masih ragu,
cemas tentang hal itu.
Egomu,
amarahmu,
nafsumu,
tangis tawamu,
aku tak mampu redakan itu.
Bahkan masih terlalu sering sakit hatiku
saat aku mendengar tuturmu.
Sementara kau tau,
Kanjeng Rasul tak pernah menyakiti
dengan kata yang menusuk begitu.

Kau,
laki-laki yang kupuja sepanjang masa.
Yakinlah,
aku tahu bahwa hidup adalah pilihan.
Dan kita bertemu tidak untuk dipersatukan.
Tapi kitapun tahu,
hidupku tak hanya untuk bertemu denganmu,
pun dirimu tak hanya untuk menjumpaiku.
Bersamamu,
aku kurang punya banyak kata maaf untukmu.
Sementara kau begitu mudah
bermain diatas bara hatimu,
yang untuk itu
aku butuh lebih dari sekeranjang kata maaf untukmu.
Maaf.
Ku harus menyudahi sandiwara cintamu.

No comments:

Post a Comment