Cahaya
Dalam Gulita
Hari
berlalu.
Membuka
laptop kesayangan, Hans membisu. Terduduk lemah, bahkan menulis pun ia tak lagi
mau. Hans hanya diam memandang langit biru. Kosong dan kelabu.
Menatapnya
dengan lelah, hatiku mulai ikut gundah. Dan waktu terus bertambah. Bergeming.
Hans tak jua goyah.
“Maaf.
Aku tak lagi sesempurna dulu.” Meraba, mencari tanganku, Hans berkesah pilu.
“Tapi
aku selalu tahu, Hans, kau tetap Hansku yang dulu.” Memegang jemari lembutnya,
perih. Kutahan isak di dada.
Melangitkan
sepotong doa, meski dalam gulita kuingin kembali kau temukan cahaya. Demi
merenda asa. Masa, dimana kau dan aku memintal cinta dalam kasih nan bahagia.
(bersambung....)