Wednesday, August 7, 2013




Still to  my Lovely Yust
At your birthday,
July , 27, 2013





Bunga kamboja luruh kelopaknya,
gugur dalam tiup bayu yang merana.
Bersama angin yang larut dalam duka.
Awan tiada,
ntah mengapa hujan turun begitu derasnya.

Ternyata itu satu pertanda
bahwa ada anak manusia yang harus kembali
memenuhi  jalan takdir Nya.
Aku terpekur mencermatinya.
Mencoba bertanya
tentang siapa yang akan kembali pada Nya.
Masih tak juga menyadari
hanya tetap berfikir tentang siapa
orang-orang yang kucinta yang akan pergi  dariku begitu saja.

Hari berbilang bulan Yust,
Kabar itu datang tentangmu.
Kenapa Yust,
Kenapa harus dirimu…..
Dan kenapa baru sekarang aku mendengarnya.
Masih juga aku tak bisa memahaminya.

Yust,
Semua begitu cepatnya.
Dan aku terlambat untuk memahaminya.
Luruhnya bunga kamboja,
Yang dulu kita tanam bersama…
Ternyata itu satu pertanda
kau harus pergi untuk selamanya.

Pergilah Yust,
penuhi jalan takdirmu.
Aku akan berusaha memahaminya.
Memahami arti hidup yang sementara,
bahwa bila tlah tiba masanya
kita harus kembali pada kekasih Sang Maha Cinta.
Seperti yang dulu pernah kau kata
Sang Maha Cinta menunggu kita anak-anak kasih Nya.

Bunga kamboja luruh warnanya,
Pergilah Yust,
Penuhi jalan takdirmu.
Aku cukup bahagia pernah ada disisimu,
Mendampingimu, menemanimu,
bersamamu mengarung telaga cinta,
dalam biduk yang penuh bahagia.
Walau terkadang harus ada tawa dan juga airmata.
Namun kini aku tlah cukup bahagia
Walau kuhanya bisa menguntai doa
Untuk tidur panjangmu yang tenang disana,

Disisi Nya . . . . .


 Secuil catatan kecil,
Pada pria sempurna
Yang aku menunggu sekian lama.

Pada Pria Sempurnaku,
Aku menguntai rindu menunggu hadirmu.
Menanti datang masa itu,
Saat kau kembali menjemputku,
Untuk mewujudkan sebagian mimpi kita dulu.



Ada kerinduan yang menyiksaku,
menusuk relung sanubariku,
menikam relung batinku.

Aku menahan rindu padamu.
Aku menangis karenamu.

Beginikah kasih yang kau tuang untukku…?
Seperti inikah wujud rasa sayangmu padaku…?

Aku tersiksa,
Tanpa seorang tahu bagaimana atau kenapa.
Kau nun disana adamu,
Adakah kau tahu bahwa ternyata aku sangat mendambamu.
Teramat sangat mengharapmu.

Pulanglah untukku.
Datanglah kembali padaku.
Karna bersamamu adalah mimpiku.
Disisimu adalah doaku.
Kaulah surga itu.
Kaulah pria sempurnaku,
Yang mewujud dari ambang khayalku
Datang untuk menyempurnakan hidupku.

1 Syawal 1434 H
08.07 wib

Monday, August 5, 2013





Pada Pria Sempuna Yang Terjaga Kala Purnama Ke Lima



Melupakanmu tak semudah dugaanku.
Melupakanmu tak seindah bayanganku.
Namamu dalam, tertanam disudut kerinduan.

Menyayangmu tak semudah impianku.
Mengasihimu tak seindah khayalanku.
Namamu terlanjur dalam, menikam dalam batin khayalan.

Aku masih menyayangmu,
Aku masih mengingatmu,
tak sedetikpun aku bisa lepas dari sosokmu.
Terlalu sulit buatku menghapus namamu.
Tak mudah bagiku melupakan sosokmu.

Aku,
masih saja merindumu,
aku,
masih saja memujamu,
dan aku...
masih terus menunggumu.

Mendengar suaramu adalah kebahagiaanku,
Mendengar sapamu adalah anugrah terindah dalam hidupku.
Tapi sungguh aku tahu,
menyayangmu sangat menyakitkan hatiku,
memujamu akan menjadi siksaan terperih dalam hidupku.

Bertahan dalam kesendirian,
Menanti wujud kasih sayang yang pernah kau berikan,
ntah masih berapa lama lagi aku sanggup bertahan.
karna ternyata menyayangmu adalah satu keindahan.

Ijinkan,
kumemujamu,
kumenyanjungmu,
mengasihimu dengan sepenuh harapanku,
meski harap untuk bertemu hanya jadi bagian khayalanku.
Biarkan semua itu jadi bagian hidupku.
Karna kaulah pria sempurnaku.
Yang pernah hadir memenuhi harapan doaku,
Mewujud datang dengan kasih tulusmu,
menyeri hadir dalam hari-hari hidupku.