Thursday, February 26, 2015



Cita Asa Cinta 




Sepi,
tanpa senyummu lagi.
Tak ada suara sapamu yang mewarnai.
tiada lagi dendang lagumu yang menemani.
Aku sendiri.
Kau, dimana adamu kini?
Tidakkah kau mengerti betapa aku merindu saat kita bisa bersama lagi?
Berdoa semoga semua ini bukanlah mimpi,
yang biasa menggerus hatiku dengan sejengkal luka nyeri.

Aku merindumu,
dalam hitungan waktu yang kini terus melaju.
Tanpa lagu, tanpa ragu.
Terus pergi meninggalkanku
bagai kasihmu, 
yang kini entah di mana aku tak pernah tahu.

Sepi.
Sunyi.
Bagai isi otakku yang tak bisa mencerna lagi.
Aku merasa asing di dunia warna-warni 
tempat kita pernah besama menguntai janji.
Aku merasa asing di taman rindu hati
 tempat terindah kita menjalin mimpi.

Kapan lagi kita bisa mewujudkannya menjadi asa diri, 
terbungkus cinta suci 
dalam ridho dan naung Illahi.
Aku masih menanti dengan rindu sepenuh hati.
Ikatan suci yang kelak kau ucap sebagai ikrar sehidup semati.
Sampai maut menghakimi
dan kita bertemu di Jannah-Nya nan suci.


Nglipar, Janji yang terbiar

Wednesday, February 25, 2015


Arti Hadirmu


Semua ruang imajiku tertuang sudah di khayalmu.
Penuh semak rindu bagai ranting candu.
membuatku sakau pada senyum lembutmu.

Ah, sudahlah.
Aku lebih memilih diam di sudut hatimu,
memekarkan benih cintaku di situ,
tak lagi peduli meski bunganya berwarna ungu.
Sendu.

Ah, sejujurnya aku malu katakan itu.
Betapa aku merindumu.
Rindu pada mata kejoramu,
rindu pula pada senyum hangatmu
dan selalu rindu pada sapa lembutmu.

Sementara waktu akan kutenangkan hatiku.
Biar saja kubisik rindu di jiwamu,
hingga tiada sesiapapun yang tahu.

Membisik rindu pada cintamu sambil aku mendoa buatmu,
"Sayangku, Allah swt sentiasa menjagamu,
makanya jangan lupa jaga sholatmu".

Sekilas melirikmu,
lega rasaku yang menyimpan dahaga karena rindu.
Senyum itu,
senyum lembutmu manis,
kembali kau sungging buatku.

Aah, kau memang umpama candu yang membuaiku.
Terlena dan mabuk dalam cintamu.

Aku menyayangmu.

Thursday, February 5, 2015





And
(2)



Luka itu terus saja mengucurkan nestapa.
aku tenggelam dalam lara cinta
yang telah bertahun kita kubur bersama.

Mengapa masih harus ada sisa cinta
saat aku mencoba tegar
berdiri menghindar
dari jala cinta yang kau sebar.


Membenci Cintamu


Berharap kau tahu rasaku,
rasa yang sekian lama kupendam dalam hatiku.
Yang kian hari kian mengharu biru
bertahun sekembalimu dalam hariku. 

And,
cobalah pahami aku.
Mengertilah dengan keadaanku.
Bertahun aku mencarimu
tak hendak bermaksud kembali miliki hatimu.
Aku hanya ingin tuntaskan rindu
kembali menguntai tali yang belum selesai kita rajut dahulu,
dan menjalinnya lagi dalam bingkai kasih persaudaraan seperti pintamu.

And,
pahami hatiku karena aku bukan yang dulu.
Kumohon mengertilah keadaanku
karena aku telah mampu memahamimu.
Biarlah kasih indah yang tak pernah berpadu
tetap rapi dalam untai persahabatan menemani hariku,
dan menjadi bagian dalam hidupmu.

Airmataku bukan karena aku menangis dengan pernikahanmu.
Sesalku bukan karena aku terlambat bertemu denganmu.
Bukan, And. 
Bukan itu.
Aku memang pernah menangisimu,
menyesali pertemuan kita dulu
Tapi sungguh itu bukan berarti aku masih mengharap hati putihmu.

Pergilah,And....
Tinggalkan aku dan biarkan aku melalui hari-hariku.
Ada banyak lembar baru yang masih harus kutulis dalam buku kehidupanku.
Ada namamu, ada senyum dan semangatmu.
Semua tentang dirimu masih jelas dan tak kan hilang dari hatiku,
tapi maaf sungguh bukan sebagai kekasih hatiku.

Aku,
selalu menyayangmu.
Dan maaf bila kali ini,
untuk saat ini aku harus membencimu.
Membenci cintamu....