Wednesday, February 8, 2017






Mas, Ini Tentangmu







Mengedip rindu,

Mengulas sayu kerlip matamu.

Bertabur madu manis senyummu.

Itulah adamu.

Selembut terigu, cara bersikapmu.

(itu karena aku tak begitu tahu seperti apakah rasa salju)

Sehangat kopi susu salam sapamu.

Serenyah kerupuk dari penggorengan yang melagu, 

khas suara tawamu.

Kepingan kriuknya bermain di udara syahdu. Merdu.

Berdenting semerdu sendok dan garpu adalah tuturmu.

Menyantap sambel bawang kesukaan ciri kebersahajaan.

Di lemper tanah hadiah Ibu jadi kebiasaanmu.

Aku tersenyum,

Melintas haru.

Lugu.

Itulah kekhasanmu.

Sederhana.

Apa adanya.

Tiada duanya.

Selalu membuat aku tertawa.

Kaulah arti cinta sesungguhnya.







Pondok Putri Kemuning, 18012017, 09.59 pm



Akuku






Saat pengabdianku yang masih seujung kuku 

terlihat berarti bagimu,

Di situ aku semakin tahu.

Yakin sepenuh hatiku,

bahwa keagungan cintamu begitu besar kau curahkan padaku.

Dengan sepenuh hati kau meyayangku.

Sepenuh jiwa kau berikan hati putimu untukku.

Maka apa lagi yang harus kutuntut darimu,

Bila kasih seluas samudera telah kau tuang di hatiku?

Maka apa lagi yang hendak kupinta darimu,

Bila rindu nan agung selalu kau gaung?

Adalah salahku, karena hanya membagi separoh hati buatmu.

Adalah dosaku, bila berpaling dari cinta tulusmu.

Dan akan jadi sesal seumur nafasku

Bila aku berlalu dan pergi menghindar rindumu.

Inilah dusta terbesarku,

Mencoba kokoh saat jauh darimu.

Mencoba tegar berpisah lama darimu.

Karena sesungguhnya aku teramat merindu hadirmu.

Kejora nan ceria itu tlah jadi milikku.

Maka bahagiaku adalah karena kau kerlib di hatiku.





Banaran, 18 Januari 2017   09.46 pm




Labuhku






Di sebuah bilik kecil sederhana penuh makna.

Bersamanya aku merasa ada dan berguna.

Membina mahligai penuh cinta.

Semerbak dengan wangian surga.

Inilah bahtera yang kami punya.

Mengangkat sauh melintas samudera raya.

Arungi duka bernuansa derita.

Mengepak sayap bahagia berselimut canda ria.

Tangis dan airmata tak lagi berguna,

Karena bersamanya aku tlah belajar tentang segala.

Bahwa hidup penuh cabar dan dera.

Menghunjam.

Menikam.

Remukkan sendi kasih sayang.

Patahkan tulang cinta nan rawan.

Namun tangguhlah penuh keyakinan,

Bahwa kasih dan kepercayaan yang kau iringkan,

Pada saatnya bermahkota keabadian.





Banaran, 18 Januari 2017    09.32 PM