Tuesday, June 25, 2013





Pada Qy di sudut Batam sepi


Hujan hari ini,
mengingatkan aku padamu Qy.
Hujan makin menyiksaku
karna hujan yang mempertemukanku denganmu.

Hujan hari ini begitu deras Qy,
seolah kau datang kembali
'tuk menghapus airmata kelukaan ini.
tapi kau malah kembali
membuat sejuta miris dalam hati.

Qy...
dimana adamu kini,
aku sendiri berteman sepi,
menunggu hadirmu
yang tak jua datang menghapus derita ini.

Qy...
sungguhkah kau terluka hati,
dengan gadis manis teman dekatku ini ???

Jangan Qy,
jangan kau ucap lagi
dusta yang pernah kau toreh di hati sepi.
Aku masih mendamba,
dan aku masih memuja.

Qy...
jangan pernah kembali
bila dusta masih kau beri. 
Aku tlah cukup bahagia
pernah disisimu membawa warna.
Kaulah pelangi
yang datang sesaat hujan pergi.
Jadi kinipun aku tlah rela hati
biarkan kau pergi,
jauh dari lubuk hati.

Qy...
padamu kuberjanji.
takkan kuingkari...
sampai saat ini,
saat hujan turun dengan deras begini.
Ini airmataku Qy,
saksi cinta kita
yang dulu pernah
kau mengusapnya.

Sunday, June 23, 2013





Pada separoh hati,
yang ku tinggal di sudut dormitory.....


Kala cinta bersemi dihati,
rindu itu makin menyiksa diri.
Rindu yang menggoda 
kala kau jauh tak lagi ada.

Cinta berdua antara kita,
yang terrasa indah penuh merekah,
dalam pesona cinta yang mewarna,
sungguhkah ada cinta yang mendua,
mungkinkah ada cinta yang melara,
bersemayam dalam kasih kita ?

Kurasa kisah kita tlah sempurna,
karna semua penuh bahagia.
Kau berseri bagai matahari
yang selalu hangat menyinari.
Senyummu sentiasa menyapa pagi,
menambah sempurna hari kita bersama.

Saat cinta yang kubawa dalam bahgia,
merona penuh ceria,
angin besar datang mengoyaknya.
Menghantam habis kisi-kisinya,
menghancurkan semua harapan cinta kita.
tak sanggup lagi aku menyimpannya.
karna kini kau sungguh nyata tiada.

Duka dalam cinta
cinta dalam lara,
seolah kau sengaja menorehkannya
kala semua mekar indah penuh pesona.

Qy...
kitalah yang merajut asa bersama,
kitalah pula yang menjalin kasihnya.
Kita bersama melalui masa-masa sulitnya,
bersama dalam tangis dan airmata,
hanya untuk meraih sekuntum bahgia.

Qy...
bertahun aku mencoba
untuk mengerti arti setia.
Mengapa tak jua
kau coba untuk memahaminya ???

Qy...
apa arti cinta
yang pernah kita rajut berdua
dalam kenangan masa
bila ternyata hanya menoreh kenangan luka.

Qy... 
masih harus berapa lama lagi,
kata setia ini kusimpan dalam hati.
Tak sanggup aku menyiksa diri.
Karna kau tak jua akan mengerti.
Aku harus pergi Qy,
walau aku tak rela hati.

Qy,
biarlah kini...
Ku tinggal separoh hati, di situ.
Disudut dormitory,
tempat dimana kita
pernah menguntai janji,
untuk bersama sehidup semati,
walau kini kau mengingkari.
Aku tahu diri
karna dia teman terbaik yang pernah kumiliki.



Dambaku padamu,
di sudut relung kalbu.



Andai cinta itu
seperti edellweis dipuncak tertinggi
kan kupetik dirimu
walau ku harus mendaki.
Karna kaulah,
cinta yang kumiliki.
Karna kaulah,
cintaku dalam hati.


Sayang seribu sayang,
aku menemukanmu
terpuruk dalam luka.
Aku mendapatkanmu
terlena berteman duka.
sesal yang kau punya,
kesedihan tiada tara.....
tidakkah kau tahu itu tiada guna.

Semua yang pergi tak mungkin kembali.
Kuingin kau memulai 
hari baru yang kau miliki.
Lakukan semua mulai hari ini.
Bangkitlah dan tegak berdiri.
Aku disini,
mencoba sekuat hati.
kubantu sebisa kumampu,
kudukung sebisa yang kupunya.
Walau hanya dengan kekuatan do'a.

Kaulah sandaranku,
kaulah dambaku.

Jangan lagi terpuruk begini.
Hari depanmu masih menanti.
Matahari itu,
masih tetap dan akan slalu kita miliki,
karna ia kurnia Illahi,
untuk kita insan duniawi.
Walau tak lagi bisa kita nikmati
silau emas cahya mentari
tapi yakin dan teguhkan hati
kita tetap bisa rasakan hangat peluknya dipagi hari.
Yakin dan tetaplah tegak berdiri.
Aku disini,
kan slalu menemani.
Sampai nanti, sampai mati.




Rumah Impian





....aku melihatnya,
ya, sungguh aku melihatnya.
Rumah itu,
rumah mungil itu
rumah cinta kita.

Pesona bunga mewarna.
kupu-kupu menari dalam riangnya,
burung pun bercanda dengan kicau bahagia.
Dan semua buku koleksiku tertata rapi di dalamnya.

....aku melihatnya,
sungguh melihatnya.
Rumah cinta kita.
Bersama kita membangunnya,
berlandas air mata,
berdinding duka,
beratap tawa ria.

Kokoh.
seperti kasih kita.
Berwarna,
ibarat sayang kita.
Mewangi,
dalam harmoni.
tapi aku tak mau semudah ini.
Bagai ilusi
yang sekejap berlalu dan mudah pergi.
Bagai mimpi
yang terbangunpun aku tak mau lagi.


Rumah mungil itu
rumah cinta kita
ada tawa bahagia anak masa depan
ada asa dan cita kita yang tinggi menjulang.
Aku tak mau sesingkat ini.
yang bahkan tertawa atau menangis 
aku tak bisa merasa lagi.

Aku ingin membangun mimpi
tentang rumah impian yang kita miliki.
Dengan selaksa tawa harmoni.
Dan berlapis tangis tawa kita sendiri.
Mari Mas,
bangun dan wujudkan mimpi
hingga kita bisa bersama di keabadian nanti.
Menuju Jannah nan suci,
sebagaimana yang Ia janjikan,
Pasti.

Tuesday, June 4, 2013






SABDA TUHAN 

Hazrat Inayat Khan ( Anand Krishna )


One day I met the Lord of face to face, and bending my knees, I prayed,
" Tell me, O King of Compassion,
 is it Thou who punnishest the sinner and givest rewards to the virtuous one ? "

" No " He said and smilling
" The sinner attracts his punishments and virtouos earns his reward."


Pada suatu hari aku bertemu Tuhan, maka aku  berlutut dan bertanya
" Wahai Maha Pengasih, adakah Engkau menghukum mereka yang berbuat jahat dan memberi ganjaran mereka yang berbuat baik ?"

Dia tersenyum dan berkata " Tidak, bukan "

" Mereka yang berbuat jahat mengundang hukuman untuk diri mereka sendiri. Dan mereka yang berbuat baik mengundang ganjaran mereka sendiri."

( inilah hukum sebab akibat, aksi reaksi, atau hukum karma )





SABDA TUHAN - HAZRAT INAYAT KHAN

disadur dan diulas oleh Anand Krishna



Is love pleasure, is love merriment ? NO, love is lomging constantly; love is persevering unwearedly; love is hoping patiently; love is willing surrender; love is regarding constantly the pleasure and displeasure of the beloved, for love is resignation to the will of the possessor of one's heart; it's love that teaches man; Thou, not I.

Kesenangan, kenikmatan - seperti itukah kasih ? Bukan. Kasih adalah kerinduan abadi. Pantang menyerah, gigih dan tak pernah lelah, tak pernah letih, berharap dan sabar - itulah kasih. Kasih adalah penyerahan diri kepada orang yang dikasihinya, kepada Sang Kekasih.
kemudian kesenangan kekasih menjadi kesenangannya; ketidaksenangan kekasih menjadi ketidaksenangannya. Kasih mengajar menusia untuk menakhlukkan egonya. Untuk berkata dalam kasih : Bukan aku, tetapi Kau, Kau, Kau . . .


Love that ends, is the shadow of love; true love is without beginning or end. 
Cinta sejati tak pernah berakhir, karena ia tidak berawal. Yang berawal dan berakhir bukanlah cinta.


When He gives you a blow, He may give a blow even by the hand of your most loving friend; and when He caresses you, He may caress you by the hand of your bitterest enemy.

Kadang kala Ia menggunakan tangan seorang teman untuk menyakitimu. Kadang Ia menggunakan wujud  seorang musuh untuk menghiburmu




Aku Ingin Berjalan





Ibuku cantik,
bermata lentik.
Ayahku gagah,
tampan rupawan.

Orang bilang,
aku punya mata indah.
Aku tahu
itu mata cantik
yang kupunya dari ibuku.

Guruku mengatakan,
aku memiliki wajah tampan rupawan
yang kudapat dari ayah yang kubanggakan.

Tapi aku juga tahu,
ntah kenapa tak ada yang mau mengatakan,
kenapa aku tak juga bisa berjalan.
Tak ada rasa yang bisa kurasakan
saat kakiku kutapakkan.....
seolah tak ada kekuatan
untuk ku bertopang seluruh badan.
Ya Rahman Ya Rahim,
beriku kekuatan
dengan sepenuh iman.
Kau lah sandaran,
Kaulah harapan,
Kaulah kekuatan.
Beri aku ketabahan,
pun orang-orang yang kusayang,
berikan mereka kesabaran
saat mereka mengajarkan aku
untuk berjalan
agar aku tak lagi melihat belas kasihan
yang selalu mereka tampakkan
saat aku berada ditengah keramaian.
Aku,
ingin bisa berjalan.
Aku,
mohon berikan aku kekuatan
Ya Rahman Ya Rahim.




Kau datang dalam riang,
kau sapa dalam canda,
tiada duka,
hanya bahagia.


Jauh dilorong cintaku,
kuhanya menangis,
pilu...........

Setebal itukah dinding cintamu,
yang hendak kau bangun untukku...?!?

kuingin yang terbaik untuk kita,
bukan untukku saja,
pun untukmu jua...

Tapi jalan tak hendak sama.
kau disana,
aku enggan melaluinya.
aku di sini, 
kaupun tak hendak singgah dihati.

Kini,
kucoba renung kembali
kata indah bermakna yang kau sunting untukku,
tempo hari.
Aku resapi,
coba mengerti,
belajar memahami.
Terlalu sulit untuk ku dalami.
Aku sungguh tak kan pernah bisa resapi.
Berkali coba lakukan hal ini.
Aku sungguh-sungguh tak kan pernah bisa mengenali.
Aku undur diri,
dari cintamu yang makin berarti,
dari kasihmu yang makin berseri.
Kasihmu bukan untukku lagi.............




Pada Pria Sempurna yang Ku Puja Sepanjang Masa


Sungguh,
andai cinta itu
seperti edelweis dipuncak tertinggi,
kan kupetik dirimu walau ku harus mendaki.

Tapi yang kutahu
kau jauh lebih tinggi.
Melewati ambang rasaku,
melampaui cakrawala cintaku.

Terbang tinggi menuju cintamu,
aku terengah. 
Susah.
Malawan langit bening biru,
melintas samudra,
merrentang jarak antara kita  . . .

Dalam sadar ku terhempas . . .
dipadang nan gersang tak berbatas.
Bertabur luka dalam lara
saat kuterjaga bahwa kau tak lagi ada.

Tegak,
kupupus segenap asa nan melara,
meski darah mengucur menoreh luka,
dalam nestapa jingga.

Andai cintamu,
edelweis dipuncak biru,
rasaku akan lebih mudah merayumu dalam jangkauku.
Tapi adamu melintas ruang dan waktu.
Dan aku tak mampu
tuk terbang tinggi menggapaimu.
Terengah disisimu,
kuhanya buat kau malu.

Kututup ruang kalbuku,
memupus khayal cintaku
yang melintas menembus cakrawala biru.
Tak sanggup aku menemanimu,
maafkan aku . . . pria sempurnaku.
pria sempurnaku.






Kau,
bukanlah Rasulullah tercinta.
Dan aku,
bukan pula Khadijah yang mulia.
Kita manusia biasa yang penuh bias nafsu dunia.

Kau,
bukanlah Rasulullah tercinta.
Dan aku bukan pula ananda yang disayangnya,
Fatimah Az Zahra.
Hatiku masih bertirai noda,
jiwakupun terbuai dunia.

Kau,
dengan hati dan jiwa mulia yang kau punya,
ku tahu niatmu setia.
Tapi kembali pada hatimu yang manusia biasa,
bahwa jalan hidup kita tak bisa kita duga.
Hati putihmu,
jiwa bersihmu,
akankah selamanya begitu.
Dan aku masih ragu,
cemas tentang hal itu.
Egomu,
amarahmu,
nafsumu,
tangis tawamu,
aku tak mampu redakan itu.
Bahkan masih terlalu sering sakit hatiku
saat aku mendengar tuturmu.
Sementara kau tau,
Kanjeng Rasul tak pernah menyakiti
dengan kata yang menusuk begitu.

Kau,
laki-laki yang kupuja sepanjang masa.
Yakinlah,
aku tahu bahwa hidup adalah pilihan.
Dan kita bertemu tidak untuk dipersatukan.
Tapi kitapun tahu,
hidupku tak hanya untuk bertemu denganmu,
pun dirimu tak hanya untuk menjumpaiku.
Bersamamu,
aku kurang punya banyak kata maaf untukmu.
Sementara kau begitu mudah
bermain diatas bara hatimu,
yang untuk itu
aku butuh lebih dari sekeranjang kata maaf untukmu.
Maaf.
Ku harus menyudahi sandiwara cintamu.




Kepada pria sempurna 
yang terjaga kala purnama kelima


Dalam bening mega- mega,
dan dalam kilau cinta purnama ke lima,
kau datang hanya semasa.

Tautkan hati dan cinta berbalut noda asmara.
Jauh,
pergilah semampumu.
Biarkan ombak yang menghempasmu
dalam jajar laut biru.
Biar karang yang menawanmu
dalam julang terjal lukaku.

Rasa sakit dan rindu itu,
tlah kukubur dikedalaman hatiku.
Aku tak lagi bisa
mencipta rasa . . .
Karna semua asa
tlah beku bersama gelora
yang kuletak jauh dujung sukma.
Matikan jiwa,
tumpulkan rasa.

Ijinkan aku,
menjauh dari bayangmu.
Menjaga jarak dari ambang batas khayalku.
Aku tak ingin bersamamu.
Karna aku tahu
dikedalaman hatiku rasa sakit yang kau toreh dahulu,
masih membilur dalam jiwa.


untukmu ;

Pria Sempurna Yang Terjaga Kala Purnama ke Lima




. . . . .
aku takut,
kau menawanku dengan rindumu.
Aku takut,
kau menjeratku dengan rayumu.

Adakah ini nyata,
atau khayal semu semata.

Semua pesonamu,
teramat sangat menggodaku.
suaramu,
Mengusik relung nadiku.
Menggetar sukmaku.
Memantik rasaku.
Nyalakan api cinta,
yang pijarnya terangi jiwa.


Kilau cinta itu,
rasa rindu itu,
yang kupendam diujung kalbu,
aku tak pernah tahu, 
ntah untuk siapa rindu itu bertalu.

kau pria sempurna yang terjaga kala purnama,
semoga rasa itu,
memang hanya untukmu.
Dan selalu jadi milikmu.

Aku pasrah dalam tuntunan Rabbku.
Karna sungguh aku tak tahu,
adakah engkau pemilik sejati rindu hatiku.

Ya Rabb,
ditanganMu aku menyerah,
dalam kuasaMu aku pasrah.
Tuntun rinduku,
dekap rasaku,
dalam naung cintaMu.
Satukan asa dalam jiwa kami berdua
untuk bisa hidup bersama
dalam mahabah rindu
rangkuman Sang Maha Cinta....
cintaMu.




untukmu, kau yang merayuku


pada Purnama kelima tahun 2013 ( 25 Mei 2013 )



Kau, 
yang datang merayuku saat purnama,
mengapa kau ubah mega-mega... ?
warna ceria itu kini temaram dalam suram
biru yang kelam.....
Kau,
pria sempurna yang terjaga,
mengapa kau bawa crita cinta... ?

Enggan aku menyapa,
takut aku kan merana.

Kata cinta yang kau sulam dalam warna tembaga,
menyala dalam naung purnama kelima.
Kata mesra yang kau jalin berbalut cinta,
aku tak sanggup mendengarnya.
Akankah juga berbuah kecewa
seperti apa yang pernah kurasa.

Kau,
yang datang mengeja kata,
kata cinta dalam bias warna purnama,
akankah kau memujaku saat purnama hilang pendar warnanya....
akankah kau terus merayuku saat langit tak lagi biru...
adakah semua itu angan semu yang kau gulir dihatiku,
ataukah khayal nyata yang sengaja kau cipta untuk mempesonaku semata.

Lagu cintamu kala purnama,
merapuh hatiku yang butuh tempat bernaung,
hentikan langkahku yang butuh pantai berlabuh,
Kau,
Pria yang terjaga kala purnama,
mungkinkah kau tempatku memendar cahaya.
Cahaya cinta yang hampir padam nyalanya,
cahaya cinta yang tak lagi semarakkan warna dunia.

Kau pria yang terjaga kala purnama.....
kuhanya mampu berdoa,
moga Allah Swt tautkan hati kita.
Hati yang mencinta dalam ridhoNya
dalam naungan purnama jingga...





membentang antara kita,
samudra luas dengan ombaknya.

merentang jauh antara kita,
langit biru dengan meganya.

memisah rindu yang menderu,
meresah hati yang ingin menyatu.

biru itu rinduku.
luas itu kasihmu.

pahami arti rinduku,
agar ku tau dalam cintamu.

aku,
merindu dengan suaramu.
aku,
merindu akan kasihmu.

kau,
jauh disana menguntai rindu,
menjalin cinta dalam dada,
menebar kasih dengan sabarmu,
menuang waktu merajut asa.

asa bersama 
untuk kita hidup bahagia.




Arti Hadirmu



Aku pernah menangis untukmu,
pun aku pernah menangis,
karenamu.

Hari-hariku berisi namamu,
semua tak ada yang kulewatkan
tanpamu...........

Sholat jama'ah bersamamu,
menikmati sejuknya pagi,
menghirup aroma kopi,
alami........
segar rasa hati.
Bahagia
sepenuh hati.

Tapi sakit bila kuingat lagi,
aku yang merasa malang ini,
ternyata harus lebih bersyukur 
dengan apa yang kupunya selama ini.
Menikmati indahnya hari,
menyaksikan cerahnya pagi,
melihat alam berganti dari terang 
kembali gelap lagi........

Kau punya segala,
orang-orang yang kau cinta,
memanjakanmu begitu rupa.
Segala yang kau ingin
seolah kau hanya tinggal berkata 
dan semua akan "ada" dan menjadi nyata.

Tapi tak lagi kurasa rela,
sakit hati bila mengingat semua,
betapa Dia Yang Maha Sempurna
membuat semua dengan rencana yang teramat sempurna.
Tiada satu halpun keliru
atau salah dalam perhitunganNya.

Kau,
hanya seolah memiliki segala.
karna Dia mengambil satu-satunya yang kau punya.

Jauh dilubuk kalbu,
sungguh ingin ku critakan padamu,
indahnya mentari saat bersinar pagi,
kuning, orange, menghias hari.
Seramnya rembulan saat tertutup awan.
Hitam, gelap dan pekat.

Tapi aku tak sanggup melakukan itu.
Hanya diam membisu,
mengikut langkah kakimu.
Coba membaca dari diammu
yang membawa aneka warna dan arti dalam hidupku.
Ya, 
dari diammu,
ku coba membaca rasa hatimu.
Karna dari sinar matamu,
tak satupun aku bisa membaca disitu..........
hanya hitam, 
gelap 
dan 
pekat.
Aku bersyukur kau setegar karang,
aku bahagia kau seikhlas samudra luas.


( dan aku ingin bersyukur dengan caramu, 
ingin bahagia dengan ikhlasmu....
aku bahagia disisimu )